Tampilkan postingan dengan label kesehatan. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label kesehatan. Tampilkan semua postingan

08/08/12

Efek Samping Merokok

Efek Samping Merokok :
sebenarnya telah dicantumkan oleh produsen rokok, yang tertera di bungkus tersebut merupakan beberapa efek negatif dari merokok. Sudah sangat jelas bahwa efek negatif merokok dapat menyebabkan kanker, serangan jantung, impotensi, dan gangguan kehamilan dan janin. Nah tiu merupakan efek samping merokok yang tertera atau diketahui secara umum. Sebenarnya ada efek samping merokok yang tidak diketahui oleh banyak orang, salah satunya adalah penurunan tinggkat kecerdasan, dengan kata lain seorang perokok cenderung lebih bodoh.

Apakah agan/sista seorang perokok,,, ?

Yang tidak merokok lebih pintar daripada perokok?
Benarkah demikian?
Seperti yang dikutip dari reuters.com, perokok memiliki IQ lebih rendah dari non-perokok, dan semakin banyak seseorang merokok, maka semakin rendah IQ-nya, pada sebuah penelitian di lebih dari 20.000 calon tentara Israel.

Jika memang agan/sista merupakan seorang perokok, alangkah labih baik jika aganmengetahui efek negatif merokok yang tidak tercantum dalam kemasan. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Dr Mark Weiser Sheba Medical Center di Tel Hashomer dan rekan-rekannya menyebutkan bahwa merokok satu pak rokok sehari atau lebih memiliki nilai IQ 7,5 poin lebih rendah dibandingkan non-perokok. “Remaja dengan nilai IQ yang lebih rendah mungkin ditargetkan untuk program-program yang dirancang untuk mencegah merokok,” seperti yang mereka simpulkan dalam jurnal Addiction.

Meskipun ada bukti hubungan antara merokok dan IQ lebih rendah, banyak penelitian telah mengandalkan tes kecerdasan diberikan dalam masa kanak-kanak, dan juga termasuk orang-orang dengan mental dan masalah perilaku, yang kedua lebih mungkin untuk merokok dan lebih cenderung memiliki IQ rendah, Weiser dan catatan timnya dalam laporan mereka.
Untuk lebih memahami hubungan IQ dengan merokok, peneliti mengamati 20.211 orang dengan usia 18 tahun yang akan direkrut ke dalam tentara Israel.  Kelompok ini tidak memasukan orang dengan masalah kesehatan mental yang besar, karena individu seperti ini sudah didiskualifikasi dari dinas militer diawal perekrutan.

Menurut peneliti, 28 persen dari peserta penelitian merokok setidaknya sebatang sehari, sekitar 3 persen mengatakan mereka mantan perokok, dan 68 persen tidak pernah merokok.

Perokok yang telah menjalani tes, secara signifikan memiliki skor lebih rendah daripada non-perokok, dan hal ini dibenarkan oleh para peneliti yang telah memperhitungkan status sosial ekonomi yang diukur dari berapa tahun pendidikan formal yang telah diselesaikan oleh ayah calon-calon tentara Israel ini.
IQ rata-rata non-perokok sekitar 101, sementara itu 94 laki-laki mulai merokok sebelum memasuki militer.  IQ terus turun sebagaimana jumlah asap rokok terus meningkat, dari 98 perokok diantaranya satu orang menghabiskan lima batang rokok sehari dan 90 perokok lainnya menghabiskan lebih dari satu bungkus per hari.  IQ para perokok ini rata-rata 84-116 dianggap menunjukkan dengan IQ kecerdasan rata-rata.

Calon-calon tentara ini tidak diperbolehkan merokok sambil menjalani tes kecerdasan yang diberikan, para peneliti mencatat, jadi mungkin saja gejala penarikan perokok mungkin mempengaruhi skor.
Peneliti juga membandingkan IQ pada 70 pasang saudara kandung dalam kelompok di mana satu saudara merokok dan yang lain tidak.  Sekali lagi, IQ rata-rata untuk non-perokok pada kelompok saudara kandung lebih tinggi dibandingkan dengan perokok.
Temuan menunjukkan bahwa individu dengan IQ lebih rendah cenderung memilih untuk merokok, daripada meninggalkan rokok karena dapat membuat orang kurang cerdas, demikian yang disimpulkan oleh Weiser dan timnya.

Nah, itu beberapa informasi yang ane dapat dari sebuah media berita online poskota. Silahkan agan bisa mempercayainya atau tidak, tentunya agan pasti telah mengetahui mana yaang terbaik bagi agan. Terima kasih telah mampir gan,,, :)
Read more »»  

10/03/12

Efek Kurang Tidur

Efek Kurang Tidur :
Sering begadang atau stres karena pekrjaan kadang membuat seseorang rela kehilangan kualitas tidurnya. Kualitas tidur menurun otomatis juga mengurangi kualitas intelek/intelegensia, perilaku dan kepribadian. Tanpa bermaksud menakut-nakuti anda, ha ini dapat terjadi pada siapa saja, tidak hanya orang tua, tapi bisa terjadi pada segala usia dan tak mengenal gender. Insomnia yang merupakan salah satu jenis gangguan tidur, dituding bisa menyebabkan demensia. Sebelum kita membahas hubungan kedua penyakit tersebut, terlebih dulu mari kita bahas mengenai insomnia, kemudian demensia sehingga kita akan mengetahui hubungan antar keduanya.
Insomnia merupakan salah satu dari beberapa penyakit gangguan tidur (trouble sleeping). Insomnia adalah gejala kelainan tidur, bukan penyakit. Penyebabnya adalah dari suatu penyakit terrentu, baik fisik maupun psikis. Gejalanya memang membuat penderita susah tidur, sering terjaga dimalam hari, dan tubuhnya seringkali merasa capek/lelah. Namun masyarakat sering salah kaprah, dengan beranggapan bahwa orang yang begadang atau tidur malam disebut insomnia. Penyebabnya antara lain karena jetlag, jam kerja pada malam-pagi hari, mengkonsumsi minuman beralkohol, efek samping obat tertentu, stres, penyakit kerusakan otak(misal stroke), gangguan neurologis dan gangguan psikis seperti bipolar atau obsesif kompulsif.
Insomnia digolongkan 2 jenis, primer dan sekunder. Primer merupakan kurang tidur, maksutnya adalah kurang kualitas dari tidur, bukan kuantitas. Normalnya orang tidur dalam sehari 8 jam dan semakin tua usia, jam tidur semakin pendek. Meskipun seorang dalam sehari hanya tidur 4-5 jam namun tidurnya berkualitas, maka ia tidak dapat dikatakan menderita insomnia.juga tidak dikaitkan dengan pola tidur. Jadi ketika pola tidur seseorang mengalami perubahan misal baru tidur pada saat subuh dan bangun pada pagi atau siang hari, belum tentu insomnia, selama ia tidak mengalami gangguan pada tidurnya.
“Kalo ada orang yang setiap harinya “displin” tidur pukul 4 pagi, bukan insomnia namanya, apabila tidurnya selalu nyenyak” ungkap Dr. Jimmy EB Hartono, Sp.S neurolog RSUP Kariadi Semarang. Tidur yang normal atau berkualitas, yaitu yang Rapid Eye Movement-nya (REM) normal. REM ini adalah pergerakan mata dari mulai tidur hingga tertidur pulas. Mulai dari berbaring memejamkan mata (masih dalam keadaan sadar/belum tidur), yang lamanya sekitar 60-90 menit, lalu REM antara 10-15 menit, dan tertidur pulas.
Insomnia sekunder, yang muncul akibat adanya penyakit-penyakit lain. Antara lain Obstruktive sleep Apnea (OSA) atau sering terhenti napas saat tidur, sleep paralysis atau tindihan, narkolepsi (mengantuk berlebihan) atau katapleksi ( kelmahan mendadak pada otot-otot motorik).
Insomnia sekunderlah yang bisa menyebabkan seseorang terserang dimensia, berapapun usianya. Dimensia atau pikun adalah degeneratif progresif intelek/intelegensia, perilaku dan kepribadian seorang yang disebabkan kelainan pada otak. Berbeda dengan  alzeimer yang prosesnya lama (menahun), demensia relatif cepat. Kecepatan memburuknya kondisi penderita, tergantung pada penyebab yang mendasari. Seperti stroke, alzeimer, perkinson, huntington, AIDS dll. Tidur yang tida berkualitas, bila kronis menimbulkan tanda penuaan dini, karena tidur adalah proses faali untuk perbaikan sel. Seperti HP yang perlu di charge, jelas dokter Jimmy. Tidur yang tidak berkualitas membuat tumbuhnya plak amyloid dalam otak. Palk amiloid merupakan deposit yang dianggap sebagai tanda penuaan dini. Bila hal tersebut terjadi bisa menyebabkan kepikunan atau demensia.
Singkatnya insomnia menyebabkan daya tahan tubuh menurun. Karena kondisi tubuh memburuk menyebabkan seseorang mengalami penuaan dini, yang salah satunya adalah penuaan daya ingat atau memory. Meskipun demensia diidentikan dengan orang tua, belum tentu orang yang usianya lanjut mengalami kepikunan. Bisa saja mereka lupa akan hal-hal kecil seperti lupa menruh barang, tetapi masih ingat sejarah teori filsafat, misalnya. Hal ini mungkin terjadi karena memori manusia terbagi jadi tiga, jangka pendek, menengah dan panjang. Nah orang yang mengalami dimensia, kehilangan memori jangka pendeknya, namun masih bisa mengingat memori jangka panjang, seperti teori filsafat tersebut.



Read more »»